Jumat, 26 September 2014

CERPEN :)

“maafkan aku, maafkan keegoisanku selama ini. Sekarang aku sadar, aku memang membutuhkanmu, membutuhkan cintamu, membutuhkan perhatianmu, aku membutuhkan sosokmu untuk ada disini bersamaku. Kembalilah kepadaku, kita mulai kembali kisah kita.”

Tersentak aku seketika mendengar ucapnya. Entah apa yang harus aku lakukan. Ini memang inginku, tapi aku sudah tak mampu, tak mampu untuk kembali kepada kisah itu. Terdiam aku seketika, aku tak tau apa yang harus ku katakan padanya. Keadaan seperti ini sangat sulit untukku lewati, bahkan untuk menjawab pun aku tak mampu. Logika dan hati sudah tak sejalan, logika menolak dengan keras, namun hati tak bisa dibohongi.

Ku lihat matanya, tatapan itu masih sama, masih sama seperti dulu, seperti dulu saat aku bersamanya. Terlalu dalam dan aku tak mampu untuk melepasnya. Penuh kasih tulus, sangat menyejukkan. Tatapan mata memang tak pernah bisa berbohong, ia menunjukan ungkapan hati sesungguhnya.

Lalu apa yang harus aku lakukan? Lelaki dihadapanku sedang menanti jawaban yang akan membuatnya bahagia atau malah menjatuhkannya seketika.

“aku sangat menyayangimu, bahkan terlampau menyayangimu. Tetapi aku sudah tak mampu untuk kembali pada kisah kita. Kisah indah kita dulu.” Ucapku.

“kau menyayangiku, lalu apa yang membuatmu tak ingin kembali?” tanyanya.

“kau pun dulu sangat menyayangiku, terlampau sangat menyayangiku namun apa yang menyebabkanmu melepasku? Jika kau mampu menjawab itu, aku pun akan menjawab alasanku tak bisa kembali.” Tegasku.

Ku tatap ia tajam dan ia hanya terdiam, tertunduk diam. Tatapannya kosong. Mungkin ia sudah kehabisan alasan untuk menjawab pertanyaanku.

“hati ini bukan pintu, yang bisa kau masuki dan keluar sesuka hatimu. Hati ini bukan tali, yang bisa kau tarik ulur seperti maumu. Hati ini bukan sampah yang bisa kau ambil lalu kau buang saat kau tak butuh. Bukan pula baja yang sangat kuat walau seberat apapun bebannya ia mampu menopangnya. Hati ini rapuh.” Ucapku.

“maafkan aku L.”

Hanya itu yang mampu ia ucapkan. Lelaki dihadapanku memang penjual kata maaf, setiap kesalahan yang ia lakukan dan ia tau itu menyakitiku hanya mampu ia bayar dengan kata maaf. Lalu selanjutnya? Tak ada perubahan, tetap ia lakukan kesalahan yang sama.

Ini sudah kesekian kalinya ia menghempasku, melepasku dan membuang semua kisah indah kita. Sudah kesekian kali pula aku selalu kembali kepada kesalahanku, kesalahanku kembali pada kisah yang memang sudah tidak baik untuk dijalani. Ia dengan keegoisannya dan aku dengan kebodohanku. Entah ia anggap apa aku selama ini.

“sudah lelah rasanya aku selalu berjuang sendirian dalam kisah ini. Kau jatuhkan aku disaat aku sudah benar-benar yakin, aku berjuang sendirian menyembuhkan lukaku, bahkan sekarang aku sudah lupa caranya untuk bangkit. Terlalu banyak luka dan kau tak pernah mampu untuk menyembuhkannya. Dan sekarang apalagi yang akan kau lakukan? Aku bukan bonekamu yang bisa kau mainkan.”

Suasana hening. Aku seperti berbicara dengan orang bisu. Tak ada balasan kata darinya, menatapku pun ia tak mau. Kata-kata apalagi yang akan ia lontarkan untuk meyakinkanku, alasan apalagi yang akan mampu ia berikan untuk membuatku kembali padanya, aku sangat menanti itu.

Rasaku memang terlalu dalam untuknya, bahkan hingga saat ini pun aku tak mampu melupakannya, bayang-bayangnya masih melekat kuat dipikiranku. Hati ini masih terukir jelas namanya, namun rasa kecewaku sudah mengalahkan semuanya. Sudah tak ingin aku berjuang, sudah lelah aku bertahan, habis sudah air mataku dalam kisah ini hanya untuk menangisi laki-laki yang tak pernah melihat sosokku.

Ingin rasanya aku tau bagaimana diperjuangkan, bagaimana rasanya sama-sama berjuang untuk sebuah kebahagiaan, tanpa ada yang menyakiti satu sama lain. Sudah saatnya aku menutup kisahku dan melihat kebahagiaan yang sudah menantiku didepan sana, bertahan dalam kisah ini pun aku sudah tau akhirnya akan seperti apa. Dan sekarang aku biarkan rasa kecewaku mengalahkan rasa cintaku padanya. Aku biarkan ia dalam diamnya, ku biarkan ia dalam kebingungannya, aku tak kan memaksanya untuk berubah atau bertahan dalam kisah ini.

Aku sudah tak mau menjadi orang bodoh, bodoh karena rasa cintaku kepadanya. Ku lakukan apapun untuknya tapi apa balasan darinya? Ia jatuhkan aku dan ia pergi begitu saja, tanpa ia pikirkan bagaimana terlukanya aku. Apa itu bukti dari rasa cinta? Apa harus sesakit itu untuk tau rasanya dicintai? Harus berkorban seberapa keras lagi aku agar aku bisa bahagia karna cinta?

Bahagia sekali menjadi dirinya, bertahan dalam keegoisannya dan ia bisa merasakan tulusnya cinta dan kasih sayang. Sedangkan aku? Aku yang berjuang dan tak mendapatkan apa-apa. Dan aku pun tersadar, aku pantas untuk dicintai, sangat pantas untuk diperjuangkan, karna aku tau rasanya terluka dan aku tau rasanya bertahan dalam luka. Sudah saatnya aku berlari kencang meninggalkan kesalahanku, ku biarkan rasa kecewaku membawa cintaku pergi. Pada nantinya pun rasa cinta ini akan hilang dan rasa kecewa yang bertahta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar