Tersentak aku seketika mendengar
ucapnya. Entah apa yang harus aku lakukan. Ini memang inginku, tapi aku sudah
tak mampu, tak mampu untuk kembali kepada kisah itu. Terdiam aku seketika, aku
tak tau apa yang harus ku katakan padanya. Keadaan seperti ini sangat sulit
untukku lewati, bahkan untuk menjawab pun aku tak mampu. Logika dan hati sudah
tak sejalan, logika menolak dengan keras, namun hati tak bisa dibohongi.
Ku lihat matanya, tatapan itu masih
sama, masih sama seperti dulu, seperti dulu saat aku bersamanya. Terlalu dalam
dan aku tak mampu untuk melepasnya. Penuh kasih tulus, sangat menyejukkan.
Tatapan mata memang tak pernah bisa berbohong, ia menunjukan ungkapan hati
sesungguhnya.
Lalu apa yang harus aku lakukan?
Lelaki dihadapanku sedang menanti jawaban yang akan membuatnya bahagia atau
malah menjatuhkannya seketika.
“aku sangat menyayangimu, bahkan
terlampau menyayangimu. Tetapi aku sudah tak mampu untuk kembali pada kisah
kita. Kisah indah kita dulu.” Ucapku.
“kau menyayangiku, lalu apa yang
membuatmu tak ingin kembali?” tanyanya.
“kau pun dulu sangat menyayangiku,
terlampau sangat menyayangiku namun apa yang menyebabkanmu melepasku? Jika kau
mampu menjawab itu, aku pun akan menjawab alasanku tak bisa kembali.” Tegasku.
Ku tatap ia tajam dan ia hanya
terdiam, tertunduk diam. Tatapannya kosong. Mungkin ia sudah kehabisan alasan
untuk menjawab pertanyaanku.
“hati ini bukan pintu, yang bisa kau
masuki dan keluar sesuka hatimu. Hati ini bukan tali, yang bisa kau tarik ulur
seperti maumu. Hati ini bukan sampah yang bisa kau ambil lalu kau buang saat
kau tak butuh. Bukan pula baja yang sangat kuat walau seberat apapun bebannya
ia mampu menopangnya. Hati ini rapuh.” Ucapku.
“maafkan aku L.”
Hanya itu yang mampu ia ucapkan.
Lelaki dihadapanku memang penjual kata maaf, setiap kesalahan yang ia lakukan
dan ia tau itu menyakitiku hanya mampu ia bayar dengan kata maaf. Lalu
selanjutnya? Tak ada perubahan, tetap ia lakukan kesalahan yang sama.
Ini sudah kesekian kalinya ia
menghempasku, melepasku dan membuang semua kisah indah kita. Sudah kesekian
kali pula aku selalu kembali kepada kesalahanku, kesalahanku kembali pada kisah
yang memang sudah tidak baik untuk dijalani. Ia dengan keegoisannya dan aku
dengan kebodohanku. Entah ia anggap apa aku selama ini.
“sudah lelah rasanya aku selalu berjuang
sendirian dalam kisah ini. Kau jatuhkan aku disaat aku sudah benar-benar yakin,
aku berjuang sendirian menyembuhkan lukaku, bahkan sekarang aku sudah lupa
caranya untuk bangkit. Terlalu banyak luka dan kau tak pernah mampu untuk
menyembuhkannya. Dan sekarang apalagi yang akan kau lakukan? Aku bukan bonekamu
yang bisa kau mainkan.”
Suasana hening. Aku seperti berbicara
dengan orang bisu. Tak ada balasan kata darinya, menatapku pun ia tak mau. Kata-kata
apalagi yang akan ia lontarkan untuk meyakinkanku, alasan apalagi yang akan
mampu ia berikan untuk membuatku kembali padanya, aku sangat menanti itu.
Rasaku memang terlalu dalam untuknya,
bahkan hingga saat ini pun aku tak mampu melupakannya, bayang-bayangnya masih
melekat kuat dipikiranku. Hati ini masih terukir jelas namanya, namun rasa
kecewaku sudah mengalahkan semuanya. Sudah tak ingin aku berjuang, sudah lelah
aku bertahan, habis sudah air mataku dalam kisah ini hanya untuk menangisi
laki-laki yang tak pernah melihat sosokku.
Ingin rasanya aku tau bagaimana
diperjuangkan, bagaimana rasanya sama-sama berjuang untuk sebuah kebahagiaan,
tanpa ada yang menyakiti satu sama lain. Sudah saatnya aku menutup kisahku dan
melihat kebahagiaan yang sudah menantiku didepan sana, bertahan dalam kisah ini
pun aku sudah tau akhirnya akan seperti apa. Dan sekarang aku biarkan rasa
kecewaku mengalahkan rasa cintaku padanya. Aku biarkan ia dalam diamnya, ku
biarkan ia dalam kebingungannya, aku tak kan memaksanya untuk berubah atau
bertahan dalam kisah ini.
Aku sudah tak mau menjadi orang
bodoh, bodoh karena rasa cintaku kepadanya. Ku lakukan apapun untuknya tapi apa
balasan darinya? Ia jatuhkan aku dan ia pergi begitu saja, tanpa ia pikirkan
bagaimana terlukanya aku. Apa itu bukti dari rasa cinta? Apa harus sesakit itu
untuk tau rasanya dicintai? Harus berkorban seberapa keras lagi aku agar aku
bisa bahagia karna cinta?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar